“Aku memahami kedudukanmu, Dipang. Namun sebagai saudara, sebagai putra
Iskandar Zulkarnain, aku pantas menyadarkan engkau. Kembalilah engkau
kepada kebenaran. Kekuasaanmu yang genggam sekarang tidaklah mutlak.
Justru karena itu gunakanlah kekuasaan yang ada di tanganmu untuk
rakyatmu. Rakyat Cina.”
***
Selepas wafatnya Iskandar Zulkarnain, pemberontakan terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya. Pemberontakan itu mengancam jiwa dan kehormatan Putri Kandauxia, selir kesayangan Iskandar Zulkarnain. Beserta ketiga anaknya, Olif, Difang, dan Marajo, sang putri meninggalkan keraton guna menyelamatkan diri. Sayang, ganasnya lautan memisahkan mereka. Sehingga, ketiga keturunan Iskandar Zulkarnain itu harus menapaki jejak langkahnya masing-masing secara terpisah.
Olif berhasil menjadi Kaisar Romawi, Difang bertahta di Cina, sedangkan Marajo masih harus menapaki takdirnya sebagai pengembara sambil mencari kedua saudaranya guna melepas rindu. Namun, takdir berkata lain, pertemuan Marajo dengan Difang justru bukan untuk membuncah rindu, melainkan menumpahkan darah sebab perbedaan karma yang mereka jalani.
Mampukah Marajo menyadarkan sang kakak yang kini menjadi raja zhalim nan kejam? Bagaimana pula akhir pengembaraannya menuju Pulau Andalas? Simaklah kisahnya dalam tambo yang luar biasa ini. Sebuah kisah yang tak hanya sarat ajaran moral, tetapi juga menguak tabir muasal nenek moyang suku Minangkabau di masa silam.
Selamat membaca!
“Marajo, saudaraku. Karma yang ada padaku adalah kekuasaan. Kita bersaudara tapi kekuasaan yang ada padaku, bukanlah bersaudara.”
***
Selepas wafatnya Iskandar Zulkarnain, pemberontakan terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya. Pemberontakan itu mengancam jiwa dan kehormatan Putri Kandauxia, selir kesayangan Iskandar Zulkarnain. Beserta ketiga anaknya, Olif, Difang, dan Marajo, sang putri meninggalkan keraton guna menyelamatkan diri. Sayang, ganasnya lautan memisahkan mereka. Sehingga, ketiga keturunan Iskandar Zulkarnain itu harus menapaki jejak langkahnya masing-masing secara terpisah.
Olif berhasil menjadi Kaisar Romawi, Difang bertahta di Cina, sedangkan Marajo masih harus menapaki takdirnya sebagai pengembara sambil mencari kedua saudaranya guna melepas rindu. Namun, takdir berkata lain, pertemuan Marajo dengan Difang justru bukan untuk membuncah rindu, melainkan menumpahkan darah sebab perbedaan karma yang mereka jalani.
Mampukah Marajo menyadarkan sang kakak yang kini menjadi raja zhalim nan kejam? Bagaimana pula akhir pengembaraannya menuju Pulau Andalas? Simaklah kisahnya dalam tambo yang luar biasa ini. Sebuah kisah yang tak hanya sarat ajaran moral, tetapi juga menguak tabir muasal nenek moyang suku Minangkabau di masa silam.
Selamat membaca!
“Marajo, saudaraku. Karma yang ada padaku adalah kekuasaan. Kita bersaudara tapi kekuasaan yang ada padaku, bukanlah bersaudara.”
Judul | Marajo |
No. ISBN | 9786027696143 |
Penulis | Amran SN |
Penerbit | Sabil |
Tanggal terbit | September - 2012 |
Jumlah Halaman | - |
Berat Buku | - |
Jenis Cover | Soft Cover |
Dimensi(L x P) | - |
Kategori | Sejarah Fiksi |
Bonus | - |
Text Bahasa | Indonesia · |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar